Rabu, 04 Mei 2011

Makalah Pengaruh Emosi pada Perkembangan Remaja

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
     Masa remaja adalah fase perkembangan yang cukup penting. Remaja merupakan tahap perkembangan yang dilematis, dikalangan orang dewasa mereka belum diterima sedangkan disisi lain mereka juga sudah tidak ingin dikatakan sebagai anak-anak lagi. Masa remaja sering disebut masa yang labil penuh dengan gejolak kejiwaan dan problematika karena ketidakstabilan emosi.
     Remaja mengalami suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan meng¬hadapi kondisi baru. Oleh karena itu, sebagian besar remaja me¬ngalami ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu sebagai konse¬kuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Mes¬kipun emosi remaja sering sangat kuat, tidak terkendali, dan nam¬paknya irrasional, te¬tapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emo¬sional.
      Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti lingkungan tem¬pat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja identik dengan lingkungan sosial tempat beraktivitas, me¬m¬buat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif.
      Setiap remaja memiliki emosi yang berbeda-beda dan biasanya hal itu tergantung dari susana hatinya dan kadang juga dipengaruhi dari situasi dilingkungannya. Perasaan emosi remaja ada yang negatif ada pula yang positif.
      Berdasarkan keadaan di atas, penulis merasa tertarik untuk menyusun makalah dengan judul PENGARUH EMOSI PADA PERKEMBANGAN REMAJA karena emosi memainkan peranan penting pada perkembangan remaja yang menentukan tingkah laku dan pola pikir remaja.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh emosi terhadap perkembangan remaja?
2. Apa hubungan antara emosi dan tingkah laku remaja?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja?
4. Bagaimana cara mengembangkan dan mengelola emosi pada remaja?


C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh emosi pada perkembangan remaja.
2. Untuk mengetahui hubungan antara emosi dengan tingkah laku remaja.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.
4. Untuk mengetahui cara mengembangankan dan mengelola emosi pada remaja.


D. Kegunaan Makalah
1. Secara Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan memperluas pengetahuan tentang pengaruh emosi pada perkembangan remaja, serta dapat dijadikan secara ilmiah untuk membandingkan antara ilmu yang dipelajari di bangku perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.
2. Secara Praktis
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan informasi sesuai dengan makalah ini dan dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran maupun dimasyarakat.




BAB II
PEMBAHASAN


A. Landasan Teoretis
1. Pengertian Emosi
      Menurut Daniel Goleman (1995:62) emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut Daniel Goleman (1995:62) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
       James & Lange berpendapat bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas penulis menyimpulkan emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
2. Pengertian Remaja
     Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescense, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya berangsur-angsur atau berangsur-angsur untuk mencapai kematangan. Jadi remaja artinya berangsur-angsur menuju kematangan fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional.
     Menurut Hurlock (1991:9) remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa remaja adalah fase yang secara berangsur-angsur menuju kematangan fisik, akal, jiwa, sosial serta emosi sehingga tidak merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan sejajar.


B. Pembahasan
1. Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
      Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena remaja laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar, sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola prilaku baru dan harapan sosial yang baru.
      Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak, perbedaan yang terlihat terletak pada macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi remaja. Jenis emosi yang secara normal dialami remaja adalah:
a. Cinta atau kasih sayang
      Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
     Walaupun remaja bergerak ke dunia pergaulan yang lebih luas, dalam dirinya masih terdapat sifat kekanak-kanakanya. Remaja membutuhkan kasih sayang di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka dialami pada tahun-tahun sebelumnya.
      Tidak ada remaja yang dapat hidup bahagia dan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
       Kebutuhan akan kasih sayang dapat diekspresikan jika seseorang mencari pengakuan dan kasih sayang dari orang lain, baik orang tua, teman dan orang dewasa lainnya. Kasih sayang akan sulit untuk dipuaskan pada suasana yang mobilitas tinggi. Kebutuhan akan kasih sayang dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan yang lain. Kasih sayang merupakan keadaan yang dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati, kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional
b. Gembira dan bahagia
      Perasaan gembira pada remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit mendapat perhatian dari petugas peneliti dari pada perasaan marah dan takut atau tingkah laku lain yang memantulkan kesedihan. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau apabila ia jatuh cinta dan cintanya itu mandapat sambutan oleh yang dicintai.
     Perasaan bahagia ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.
c. Kemarahan dan Permusuhan
      Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mencapai dan memiliki kebebasan sebagai soerang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjolkan dalam perkembangan kepribadian.
      Dalam upaya memahami remaja, ada empat faktor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah.
     1) Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Selama masa remaja, fungsi marah terutama untuk melindungi haknya untuk menjadi independent dan menjamin hubungan antara dirinya dan pihak lain yang berkuasa.
     2) Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut, tetapi juga mempunyai sikap-sikap di mana ada sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan yang meliputi kemarahan masa lalu. Sikap permusuhan berbentuk dendam, kesedihan, prasangka atau kecendrungan untuk merasa tersiksa. Sikap permusuhan tampak dalam cara-cara yang bersifat pura-pura, remaja bukannya menampakkan kemarahan langsung tetapi remaja lebih menunjukkan keinginan yang sangat besar.
      3) Perasaan marah sengaja disembunyikan dan seringkali tampak dalam bentuk yang samar-samar. Bahkan seni dari cinta mungkin dipakai sebagai alat kemarahan.
      4) Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek ini merupakan yang sangat penting dan juga paling sulit dipahami.
d. Ketakutan dan Kecemasan
      Ketika anak menuju masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut yang terdahulu telah teratasi, tetapi banyak yang masih tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
       Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan yang timbul dari persoalan kehidupan. Tidak ada seorangpun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat hidup tanpa rasa takut. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
      Rasa takut yang disebabkan otoriter orang tua akan menyebabkan anak tidak berkembang daya kreatifnya dan menjadi orang yang penakut, apatis dan penggugup. Selanjutnya sikap apatis yang ditimbulkan oleh otoriter orang tua akan mengakibatkan anak menjadi pendiam, memencilkan diri dan tidak sanggup bergaul dengan orang lain
e. Frustasi dan Dukacita
     Frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya, terutama apabila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri.
     Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi apabila kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.
     Biehler membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
a. Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
1) Cenderung banyak berdiam diri dan tidak dapat diterka
2) Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3) Kemarahan biasa terjadi
4) Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
5) Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
b. Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1) Pemberontakan remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2) Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3) Sering kali berimajinasi, memikirkan masa depan mereka


2. Pengaruh Emosi Terhadap Perkembangan Remaja
      Secara garis besar pengaruh emosi terhadap perkembangan remaja dikelompokan dalam dua kategori, yakni pengaruh emosi terhadap tingkah laku remaja dan pengaruh emosi terhadap perubahan fisik remaja. Dibawah ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku remeja di antaranya sebagai berikut:
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan dapat juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
     Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani) remaja antara lain:
a. Peredaran darah: bertambah cepat apabila marah.
b. Denyut jantung: bertambah cepat apabila terkejut.
c. Pernapasan: bernapas panjang apabila kecewa.
d. Pupil mata: membesar apabila marah .
e. Liur: mengering apabila takut atau tegang.
f. Bulu roma: berdiri apabila takut.
g. Pencernaan: mencret-mencret apabila tegang.
h. Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar.
i. Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.


3. Perbedaan Individual Remaja dalam Perkembangan Emosi
      Dengan meningkatnya usia remaja, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena remaja-remaja mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama dari pada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
      Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik remaja pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Remaja yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan remaja yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, remaja-remaja yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkn dengan remaja yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya, mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi.
       Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok keluarga, remaja laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Misalnya marah bagi laki-laki, dibandingkan dengan emosi takut, cemas dan kasih sayang yang dianggap lebih sesuai bagi perempuan. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan marah juga lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.


4. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku Remaja
     Emosi mempengaruhi terhadap tingkah laku dan pola pikir remaja, seperti rasa takut dan marah dapat menyebabkan remaja gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak menghambat pencernaan.
     Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang menjadi gagap. Sikap takut, malu-malu merupakan akibat dari ketegangan emosi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu. Karena reaksi kita yang berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai, maka jika kita merespon dengan cara yang sangat khusus terhadap hadirnya individu tertentu akan merangsang timbulnya emosi tertentu.
     Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak negatif terhadap perkembangan remaja. Sebaliknya suasana penuh kasih sayang, ramah dan bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Dengan demikian dialog antara orang tua dengan remaja sering terjadi. Dalam dialog tersebut mereka akan mengungkapkan keresahan, tekanan batin, cita-cita, keinginan dan sebagainya. Akhirnya jiwa remaja akan makin tenang. Jika demikian maka remaja akan mudah diajak untuk bekerja sama dalam rangka mengajukan dirinya dibidang pendidikan dan karir
     Daniel Goleman (1995:64) mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola pikir dan tingkah laku remaja. Adapun ciri utama pikiran emosional tersebut adalah sebagai berikut:
a. Respons yang cepat tetapi ceroboh
     Hal ini terjadi karena pikiran emosional lebih cepat daripada pikiran rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung bertindak tanpa mempertimbangkan apa pun yang akan dilakukannya. Sehingga sikap hati-hati dan proses analitis dalam berpikir dikesampingkan sehingga tidak jarang menjadi ceroboh. Padahal kehati-hatian dan analitis itu sesungguhnya merupakan ciri khas dari proses kerja akal dalam berpikir. Namun demikian di sisi lain, pikiran emosional ini juga memiliki suatu kelebihan, yaitu memberi rasa kepastian yang sangat kuat dan di luar jangkauan normal sebagaimana yang dilakukan oleh oleh pikiran rasional. Misalnya, seorang wanita yang karena rasa takut dan terkejutnya melihat binatang yang selama ini sangat ditakutinya sehingga dia mampu melompati parit yang menurut ukuran pikiran rasional tidak akan mungkin dapat dilakukannya.
b. Mendahulukan perasaan kemudian pemikiran
     Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lebih lama dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah dorongan hati atau emosi, kemudian dorongan pikiran. Dalam urutan respons yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran. Reaksi emosional gerak cepat ini lebih tampak menonjol dalam situasi-situasi yang mendesak dan membutuhkan penyelamatan diri. Keputusan model ini menyiapkan individu dalam sekejap untuk siap siaga menghadapi keadaan darurat. Di sinilah keuntungan keputusan-keputusan cepat yang didahului oleh perasaan atau emosi.
c. Memperlakukan realitas sabagai realitas simbolik
     Logika pikiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya, memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai perumpamaan, kiasan, puisi, gambaran, karya novel, teater, nyanyian, film, opera dan pantun secara langsung ditujukan kepada pikiran emosional.
d. Masa lampau diposisikan sebagai masa yang sekarang
     Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi maka pikiran emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat. Pikiran emosional bereaksi terhadap keadaan sekarang seolah-olah keadaan itu adalah masa lampau.
e. Realitas yang ditentukan oleh keadaan
     Pikiran emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan didiktekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat itu. Cara seseorang berpikir dan bertindak pada saat merasa senang dan romantis akan sangat berbeda dengan perilakunya ketika sedang dalam keadaan sedih, marah atau cemas.


5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
     Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
     Selain faktor pendidikan dan kematangan, ada lima fakto dasar yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja, yaitu:
a. Perubahan jasmani.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
c. Perubahan interaksi dengan teman sebaya.
d. Keterampilan kognitif.
e. Perubahan interaksi dengans sekolah.
     Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada orang sasaran.
     Metode belajar yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja antara lain :
a. Belajar dengan coba-coba
Remaja belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
b. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Remaja bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
c. Belajar dengan mempersamakan diri
Remaja menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
d. Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa remaja.
e. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan, remaja dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.
    Remaja memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Mendekati berakhirnya dewasa, seorang remaja telah melewati banyak badai emosional, ia mulai mengalami keadaan emosional yang lebih tenang dan telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan-perasaannya. Jadi, emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung yang disembunyikan. Contohnya, seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan kemarahan dan seseorang yang sebenarnya hatinya terluka tetapi ia malah tertawa, sepertinya ia merasa senang.
     Para remaja semasa kanak-kanak, mereka diberitahu atau diajarkan untuk tidak menunjukan perasaan-perasaannya, baik perasaan takut ataupun sedih. Akhirnya seringkali mereka takut dan ingin menangis tetapi tidak berani menunjukan perasaan tersebut secara terang-terangan. Kondisi-kondisi kehidupan atau kulturlah yang menyebabkan mereka merasa perlu untuk menyembunyikan perasaan-perasaannya. Tidak hanya perasaan-perasaannya terhadap orang lain saja, namun pada derajat tertentu bahkan ia dapat kehilangan atau tidak merasakan lagi.
     Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.


6. Upaya Pengembangan dan Pengelolaan Emosi pada Remaja
     Rasa marah, kesal, sedih atau gembira adalah hal yang wajar yang tentunya sering dialami remaja meskipun tidak setiap saat. Pengungkapan emosi itu ada juga aturannya. Supaya dapat mengekspresikan emosi secara tepat, remaja memperlukan pengendalian emosi. Akan tetapi, pengendalian emosi ini bukan merupakan upaya untuk menekan atau menghilangkan emosi melainkan:
a. Belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional
b. Belajar mengenali emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional. Untuk dapat menanfsirkan yang obyektif, coba tanya pendapat beberapa orang tentang situasi tersebut.
c. Bagaimana memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebihan atau proporsional, sesuai dengan situasinya, serta dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan social
d. Belajar mengenal, menerima, dan mengekspresikan emosi positif (senang, sayang, atau bahagia dan emosi negatif (khawatir, sedih, atau marah)
     Kegagalan pengendalian emosi biasanya terjadi karena tidak ada keiinginan pada remaja untuk menilai sesuatu dengan kepala dingin. Kegagalan mengekspresikan emosi juga karena kurang mengenal perasaan dan emosi diri sendiri sehingga jadi salah kaprah dalam mengekspresikannya.
     Karena itu, keterampilan mengelola emosi sangatlah penting supaya dalam proses kehidupan remaja dapat lebih sehat secara emosional. Berikut adalah cara untuk mengembangkan dan mengelola emosi pada remaja:
a. Belajar mengembangkan kesadaran diri
Caranya adalah mengamati sendiri dan mengenali perasaan sendiri, menghimpun kosakata untuk mengungkapkan perasaan, serta memahami hubungan antara pikiran, perasaan dan respons emosional.
b. Belajar mengambil keputusan pribadi
Caranya adalah mencermati tindakan-tindakan dan akibat-akibatnya, memahami apa yang menguasai keputusan, pikiran, atau perasaan, serta menerapkan pemahaman ini ke masalah-masalah yang cukup berat, seperti masalah seks dan obat terlarang.
c. Belajar mengelola perasaan
Caranya adalah memantau pembicaraan sendiri untuk menangkap pesan-pesan negatif yang terkandung di dalamnya, menyadari apa yang ada di balik perasaan (misalnya, sakit hati yang mendorong amarah), menemukan cara-cara menangani rasa takut , cemas, amarah, dan kesedihan.
d. Belajar menangani stres
Caranya adalah mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan yang terarah dan metode relaksasi.
e. Belajar berempati
Caranya adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain, serta menghargai perbedaan perasaan orang lain mengenai sesuatu.
f. Belajar berkomunikasi
Caranya adalah berbicara mengenai perasaan yang secara efektif, yaitu belajar menjadi pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian sendiri tentang sesuatu, serta mengirimkan pesan dengan sopan dan bukannya mengumpat.
g. Belajar membuka diri
Caranya adalah menghargai keterbukaaan dan membina kepercayaan dalam suatu hubungan serta mengetahui situasi yang aman untuk membicarakan tentang perasaan diri sendiri.
h. Belajar mengembangkan pemahaman
Caranya adalah mengidentifikasi pola-pola kehidupan emosional dan reaksi-reaksinya serta mengenali pola-pola serupa pada orang lain.
i. Belajar menerima diri sendiri
Caranya adalah merasa bangga dan memandang diri sendiri dari sisi positif, mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri, serta belajar mampu untuk menertawakan diri sendiri.
j. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
Caranya adalah belajar rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari keputusan dan tindakan pribadi, serta menindaklanjuti komitmen yang telah dibuat dan disepakati.
k. Belajar mengembangkan ketegasan
Caranya adalah dengan mengungkapkan keprihatinan dan perasaan diri sendiri tanpa rasa marah atau berdiam diri.
l. Mempelajari dinamika kelompok
Caranya adalah mau bekerja sama, memahami kapan dan bagaimana memimpin, serta kapan harus mengikuti.
m. Belajar menyelasaikan konflik
Caranya adalah memahami bagaiamana melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang lain, orang tua, guru serta memahami contoh penyelesaian untuk merundingkan atau menyelesaikan suatu perselisihan.
    
Dalam kehidupan sehari-hari remaja harus berlatih untuk melakukan dialog dengan diri sendiri dalam menghadapi setiap masalah, bersikap positif dan optimistis, serta mampu mengembangkan harapan yang realistis. Remaja juga harus mampu menafsirkan isyarat-isyarat sosial. Artinya, mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku remaja dan melihat dampak perilaku remaja, baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat dimana remaja berada. Remaja juga harus dapat memilih langkah-langkah yang tepat dalam setiap penyelesaian masalah yang remaja hadapi dengan mempertimbangkan resiko yang akan terjadi . 




BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan 
     Emosi merupakan pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Secara garis besar pengaruh emosi terhadap perkembangan remaja dikelompokan dalam dua kategori, yakni pengaruh emosi terhadap tingkah laku remaja dan pengaruh emosi terhadap perubahan fisik remaja.
     Jenis emosi yang secara normal dialami remaja antara lain cinta, gembira, marah, takut, cemas, sedih dan sebagainya. Perkembangan emosi pada remaja bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar.
     Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak negatif terhadap perkembangan remaja. Sebaliknya suasana penuh kasih sayang, ramah dan bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja yang menjadikan remaja lebih sehat secara emosional.
     Dengan meningkatnya usia remaja, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Sehingga ekspresi emosional pada remaja berbeda. Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik remaja, taraf kemampuan intelektual remaja dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan.


B. Saran
     Untuk membangun emosi yang positif, penulis menyarankan kepada para remaja untuk mempunyai keterampilan dalam hal mengelola dan mengendalikan emosi. Pengelolaan dan pengendalian emosi akan menjadikan remaja lebih sehat secara emosional dan akan menentukan tingkah laku dan pola pikir remaja.
      Karena ruang lingkup makalah ini terbatas, penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang tertarik untuk membahas mengenai masalah yang sama, agar melakukan pembahasan lebih mendalam dengan menggunakan ruang lingkup penelitian yang lebih luas.

1 komentar:

  1. permisi ya mas, makalah kok gak ada daftar isi, daftar pustaka, kata pengantar. ya bukan makalah namanya. gak lengkap gitu konten-kontennya

    BalasHapus